Bidah “Anda Tidak Dapat Menghakimi”

PENOLAKAN – Anda tidak bisa menghakimi apabila semua orang non-Katolik masuk Neraka. Anda bukan Allah. Penghakiman-penghakiman semacam itu harus anda serahkan kepada Dia.

JAWABAN – Allah sudah mewahyukan penghakiman-Nya kepada kita. Berkata bahwa seseorang tidak bisa yakin atau “tidak dapat menghakimi” apabila semua orang yang meninggal sebagai non-Katolik masuk Neraka, sama sekali menolak penghakiman Allah dengan menganggapnya mungkin tidak benar. Perbuatan ini adalah bidah dan penghujatan serta keangkuhan terburuk. Kelakuan semacam itu setara berdosa dengan menilai orang-orang yang seturut wahyu eksplisit Allah tidak akan diselamatkan-Nya, sebagai orang-orang yang mungkin pantas masuk Surga. Kalau disederhanakan: berkata bahwa orang tidak bisa menghakimi bahwa semua orang yang mati sebagai non-Katolik masuk Neraka (ketika Allah sudah mewahyukan hal ini) setara menghakimi dengan cara teramat berdosa – dengan suatu cara yang berlawanan dengan kebenaran terwahyu Allah serta penghakiman terwahyu-Nya.

Paus Eugenius IV, Konsili Florence, “Cantate Domino,” 1441, ex cathedra: “Ia [Gereja Roma yang Kudus] dengan teguh percaya, mengakui dan berkhotbah bahwa ‘semua orang yang berada di luar Gereja Katolik, bukan hanya orang-orang pagan tetapi juga Yahudi atau bidah dan skismatis, tidak dapat mengambil bagian di dalam kehidupan kekal dan akan masuk ke dalam api yang kekal yang telah disiapkan untuk iblis dan para malaikatnya,’ [Matius 25, 41] kecuali jika mereka bergabung ke dalam Gereja sebelum akhir hidup mereka ....”[1]

Dan bidah “anda tidak dapat menghakimi” ini luar biasa merajalela di zaman ini. Pada tanggal 15 Desember 2003, saya bercakap-cakap dengan seorang “biarawan tradisionalis” bernama Romo Giardina dari Christ the King Monastery [Biara Kristus Raja] di Alabama. Saya bertanya kepadanya apabila ia percaya bahwa semua orang yang meninggal sebagai non-Katolik tidak dapat diselamatkan. Ia berkata bahwa ia tidak tahu dan tidak dapat menghakimi. Saya lalu bertanya kepadanya apakah dia percaya bahwa para rabi yang menolak Kristus dapat diselamatkan, dan ia berkata kepada saya bahwa itu bisa terjadi, karena dia tidak dapat menghakimi.

Akibat menolak setuju dengan yang telah diwahyukan oleh Allah, dengan dalih bidah “Anda Tidak Dapat Menghakimi”, orang ini jatuh menolak Injil dan perlunya Kristus sendiri. Sebaliknya, St. Fransiskus Xaverius yang agung menunjukkan bagaimana seorang Katolik harus menegaskan bahwa semua orang yang meninggal di luar Gereja pastinya binasa, sebagaimana yang dilakukannya soal bajak laut pagan yang meninggal di atas kapal yang mengantarnya berperjalanan.

St. Fransiskus Xaverius, 5 November 1549: “Sang bajak laut, kapten kapal kami meninggal di sini di Kagoshima. Secara keseluruhan, ia melayani kami seperti yang kami kehendaki … Ia pribadi memilih untuk meninggal dalam takhayul-takhayulnya sendiri; kami pun tidak dia izinkan membalasnya dengan kebaikan yang bisa kami tawarkan, setelah kematian, kepada sahabat-sahabat lain yang meninggal dalam pengakuan iman Kristiani, dengan menyerahkan jiwa-jiwa mereka kepada Allah, sebab orang malang itu mencampakkan jiwanya ke Neraka dengan tangannya sendiri, tempat tiadanya penebusan.”[2]

Catatan kaki:

[1] Decrees of Ecumenical Councils {Dekret-dekret Konsili-konsili Ekumenis}, Vol. 1, hal.578; Denzinger 714.

[2] The Life and Letters of St. Francis Xavier {Hidup dan Surat-Surat St. Fransiskus Xaverius} oleh Henry James Coleridge, SJ. (Cetakan orisinal: London: Burns and Oates, 1874) Cetakan Kedua, New Delhi: Asian Educational Services, 2004, Vol. 2, hal. 282.